Manajemen Steve Jobs
Dulu orang
membicarakan baju turtleneck berwarna hitam yang dibilang konyol, jeans dan
sepatu ketsnya. Lalu orang-orang mulai mengejek gaya bicaranya. Kini para
eksekutif dan wirausahawan mencoba meniru gagasan manajemen sang legenda Apple
tersebut.
Sayangnya, Anda
tidak bisa sekedar menyalin dan menggandakan bakat, kebijakan atau
kepemimpinannya yang mendobrak. Itu tidak akan berhasil. Sebab Steve Jobs yang
orang-orang coba tiru itu, orang yang melejitkan Apple, adalah Steve Jobs yang
berbeda dari Steve Jobs sebelumnya — yang dipecat dari perusahaan yang ia
dirikan sendiri.
Peristiwa tragis
dan menyakitkan tersebut mengubah dirinya. Itu merupakan sebuah proses yang
harus ia lalui. Itulah yang menjadikannya orang yang membuat perusahaan
teknologi terbesar di dunia tersebut menjadi hebat. Hal itu dinamakan
pengalaman. Anda tidak dapat meniru pengalaman.
Keterikatan dengan karyawan
Tentu saja,
setiap eksekutif dan pimpinan bisnis ingin agar para pekerjanya menyukai
pekerjaan mereka dan merasakan bahwa mereka adalah faktor penting dalam penentu
kesuksesan perusahaan. Itu mudah. Itu juga bukan merupakan hal baru.
Cara untuk
membuat para pegawai termotivasi adalah dengan membuat sebuah budaya yang
membuat mereka merasa diberdayakan, yang membuat mereka merasa melakukan hal
yang berbeda, yang membuat mereka merasa tertantang sekaligus mendukung mereka.
Itu bukanlah hal yang rumit dan Anda tidak harus menyewa konsultan pegawai
untuk melakukannya.
Produktivitas individu serta manajamen waktu
Kapan
memberdayakan setiap menit waktu produktif Anda menjadi tujuan utama? Sini saya
kasih tahu: Jika Anda sulit hidup teratur, bukan orang yang rajin, memiliki
ruang kerja yang berantakan, serta tidak rapih bukan berarti bahwa Anda
terpuruk dan mengenaskan. Itu hanya berarti bahwa Anda seperti banyak orang
sukses dan inovatif yang saya kenal selama beberapa tahun.
Dan jika Anda
masih harus mencari sedikit waktu, cukup lakukan seperti apa yang saya lakukan.
Kurangi. Kurangi sama dengan menambah. Prioritaskan hal penting. Anda akan
menjadi lebih sukses dan lebih bahagia. Cukup seperti itu.
Kecerdasan emosional
Gaya
kepemimpinan dan manajemen secara tradisional telah habis. Kini masanya soft
skill, siapa yang tidak ingin menjadi seorang CEO yang memiliki empati dan
mawas diri? Masalah kecerdasan emosional adalah hal yang sulit diukur.
Jika kecerdasan
emosional bisa menjadi alat untuk memprediksi kesuksesan bisnis, lalu bagaimana
Anda bisa menghitung kecerdasan emosional Steve Jobs, Bill Gates, Larry
Ellison, Larry Page, Mark Zuckerberg, serta puluhan wirausahawan dan eksekutif
sukses lainnya?
Kepemimpinan berdasarkan kelebihan
Ini sangat
sederhana. Kita hidup dalam masa yang berubah dengan cepat, dunia bisnis yang
terus mengalami perubahan. Jika Anda memiliki kelebihan maka Anda mampu
mengadaptasinya menjadi keuntungan yang kompetitif, berkonsentrasilah pada hal
itu.
Namun, jika Anda
memiliki kelemahan yang besar yang mungkin bisa saja membuat Anda dan rekan
kerja terpuruk, maka jangan abaikan kelemahan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar